Senin, 23 Maret 2020

DISTRIBUSI PRODUK PERUSAHAAN PENERBANGAN (AIRLINES MANAGEMENT AND ADMINISTRATION)



 Distribusi Produk Perusahaan Penerbangan


Indikator Pencapaian Kompetensi :
·         Merncanakan Promo produk perusahaan penerbangan.
·         Berfikir kreatif tentang reward yang akan diberikan kepada penumpang sehingga penumpang tidak bosan
·         Keuntungan kerjasama dengan perusahaan lain dapat di pahami dengan baik
·         Kelemahan bekerjasama dengan perusahaan lain dapat dipahami dengan benar
·         Pihak-pihak yang akan bekerjasama dengan perusahaan penerbangan dalam penjualan produknya dapat diuraikan dengan baik dan benar

Materi Pokok :
1. Airline marketing program mengenai :
Ø Promo produk
Ø Reward
2. Hubungan kerjasama dengan pihak lain
Ø Keuntungan kerjasama
Ø Kelemahan kerjasama
Ø Pihak-pihak yang bekerjasama


   A.      Pengertian Distribusi

Istilah distribusi, yang sering pula disebut place, merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh oleh konsumen sasaran atau konsumen akhir.
Di dalam kegiatan distribusi, jaminan bahwa produk selalu tersedia bagi konsumen merupakan hal yang sangat penting.
Dalam pendekatan lainnya, distribusi dapat diartikan pula sebagai suatu keseluruhan jaringan (link) yang menghubungkan antara produsen sebagai penghasil barang dan jasa dengan konsumen.

   B.      Hubungan Distribusi dengan Variable Pemasaran Lainnya

Di dalam kegiatan pemasaran, produk merupakan penawaran nyata kepada pasar, meliputi cirri-ciri dan wujud produk. Variable yang paling mendasar dari produk adalah perluasan dan manfaat. Apabila kedua variable tersebut didukung oleh variable lainnya berupa harga atau jumlah uang yang harus dibayar untuk memperoleh produk tersebut, keputusan harga di tingkat pedagang besar dan pengecer dengan pemberian potongan harga, keringanan dengan pemberian pembayaran kredit dapat ditentukan.
Harga harus disesuaikan dengan nilai produk. Agar produk dikenal oleh pasar, dibuat berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengomunikasikan kebaikan produknya dan membujuk para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut melalui kegiatan promosi.
Apabila pasar telah bereaksi, yang harus dijaga adalah kegiatan yang senantiasa menjamin selalu tersedianya produk dan kemudahan untuk mendapatkannya bagi konsumen yang kita kenal sebagai distribusi.
Untuk dapat sukses menerapkan prinsip-prinsip pemasarannya, setiap perusahaan penerbangan harus mengetahui tiap pasar potentialnya. Oleh karena itu, perusahaan penerbangan harus membuat segmentasi atau membagi-bagi pasarnya dan mengindentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang masing-masing mempunyai tingkatan yang berbeda.
Memenuhi setiap kebutuhan dan keinginan konsumen secara tepat sangat sulit dilakukan karena tingkat kebutuhan dan keinginan yang sangat beragam. Oleh karena itu, kebanyakan dunia usaha termasuk di dalamnya perusahaan penerbangan, tidak mungkin dapat menyediakan produk dengan tingkat harga, saluran distribusi, serta strategi promosi yang dapat memenuhi semua keinginan konsumen secara tepat.

   C.      Saluran atau Kanal Distribusi Perusahaan Penerbangan

Saluran distribusi penerbangan merupakan berbagai kegiatan yang meliputi keseluruhan aspek saluran yang menghubungkan perusahaan penerbangan sebagai produsen dan konsumen akhirnya.
     1.       Dalam Industri Penerbangan, terdapat Dua Saluran Distribusi yang bertindak sebagai Perantara, yaitu:
a.       Agen penjualan (travel agent) yang bertindak sebagai pedagang eceran atau retail agent;
b.      Biro perjalanan umum (travel organizer) yang mempunyai fungsi utama sebagai wholesaler.

Berikut keuntungan dan kerugian bagi perusahaan penerbangan yang menggunakan kedua perantara tersebut.
Keuntungan:
1.       Penghematan biaya pemasaran, khususnya untuk pemesaran ritel atau eceran jika dibandingkan dengan cara pemasaran sendiri secara langsung oleh perusahaan penerbangan untuk menggarap seluruh pasar potensial yang ada.
2.       Agen atau biro perjalanan dapat memberikan berbagai pelayanan atas nama perusahaan penerbangan, seperti pelayanan untuk pemesanan tempat (reservation), penjualan tiket (ticketing), dan pemberian informasi-informasi lainnya tentang produk perusahaan penerbangan tersebut kepada konsumen.

     Kerugian:
1.       Perusahaan penerbangan harus mengeluarkan biaya-biaya promosi bersama dengan agent/biro perjalanan.
2.       Agent/biro perjalanan tersebut tidak hanya menjual produk satu penerbangan, tetapi juga menjual produk dari berbagai perusahaan penerbangan. Akibatnya, perusahaan penerbangan sebagai produsen dapat kehilangan control terhadap saluran pemasarannya. (dikuasai saluran perantara).
3.       Memberikan komisi atas jasa pelayanan yang telah diberikan.

Biro perjalanan umum berperan dalam proses pembelian tempat duduk dalam jumlah yang besar dari perusahaan-perusahaan penerbangan dan kemudian menjualnya dalam bentuk eceran untuk penumpang-penumpang individu maupun menjual dengan cara menggabungkan produk tersebut dalam suatu paket wisata yang dapat menghasilkan sinergi yang lebih baik terhadap produk tersebut.
Dengan demikian, perusahaan penerbangan dapat memperoleh garansi penjualan dari biro perjalanan umum atas pembelian seat dalam jumlah besar untuk memastikan bahwa pada saat pesawat berangkat dapat terisi penuh.
Sebaliknya, kerugian yang akan dialami oleh perusahaan penerbangan  adalah kenyataan bahwa biro perjalanan umum mempunyai kekuatan untuk melakukan negosiasi yang sangat kuat. Terkadang mereka dapat menjadi factor penentu yang lebih kuat daripada perusahaan penerbangan itu sendiri. Misalkan dengan cara ancaman akan mengalihkan penumpang ke perusahaan penerbangan lainnya untuk mendapat harga maupun perlakukan-perlakuan khusus lainnya.
Oleh karena itu, kecenderungan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan untuk mengimbangi atau bahkan mengontrol kekuatan tersebut dengan mendirikan biro perjalanan umum, membuat produk-produk paket wisata, mempermudah akses untuk pembelian langsung (B2C) melalui terapan teknologi dengan membangun call center, Online Booking maupun Online Payment di berbagai media (situr-situs WEB) maupun kerja sama dengan institusi perbankan untuk memberikan kemudahan proses pembayaran pembelian tiket secara online melalui ATM, Internet banking, SMS banking, Phone banking, dan lain sebaginya.

      2.       Kantor Perwakilan atau Cabang

Untuk mendistribusikan produknya, selain menggunakan agen perjalanan atau travel organizer, perusahaan penerbangan juga biasa membuka kantor cabang atau kantor perwakilan di kota-kota yang dianggap mempunyai potensi penjualan yang bagus. Pembukaan kantor perwakilan atau cabang ini bermanfaat ganda, yaitu untuk menekan pengeluaran biaya komisi agen, sekaligus untuk menjaga citra perusahaan.


      3.       General Sales Agent (GSA)

Untuk pasar-pasar yang tidak dapat dilayani secara langsung oleh perusahaan penerbangan karena volume penjualnnya kurang menguntungkan bila harus membuka kantor cabang, biasanya ditunjuk suatu perwakilan yang disebut General Sales Agent atau GSA.
General Sales Agent yang ditunjuk diberi wewenang untuk bertindak atau mewakili perusahaan penerbangan dan melakukan fungsi-fungsi sebagaimana kantor perwakilan. Untuk tugas ini, mereka mendapat komisi penjualan dan pengeluaran atau penjualan tiket pada wilayah yang telah ditetapkan.

      4.       Perusahaan Penerbangan Lain (Other Airline)

Untuk memesan tempat atau membeli tiket dari suatu perusahaan penerbangan, penumpang dapat pula melakukannya melalui kantor penerbangan lain. Biasanya pesanan itu baru dapat dilayani bila penumpang/pemesan tiket memulai perjalanannya dengan menggunakan penerbangan yang bersangkutan, tetapi mempunyai penerbangan lanjutan dengan penerbangan lainnya.
Pelayanan semacam ini diberikan semata-mata untuk memberikan kepuasan dan jaminan kepada para pelangggan. Untuk itu agar produk senantiasa tersedia, antar perusahaan, dalam kaitannya dengan perluasan saluran distribusi, melakukan perjanjian bilateral maupun multilateral untuk dapat saling menjual produknya.

      5.       Sistem Pemesanan Tempat (Computer Reservation System)

Istilah reservations berasal dari kata to reserve atau diartikan sebagai penyediaan tempat. Kegiatan pokoknya dapat diartikan sebagai upaya perusahaan penerbangan mengelola persdiaan tempat atau inventory seat.
System pengelolaan persediaan seat ini sering disebut dengan berbagai istilah yang berbeda di setiap perusahaan, tetapi memiliki fungsi dan pengertian yang realtif sama. Istilah-istilah tersebut antara lain: reservation control,  space control, capacity management, inventory management, yield management, revenue management yang mempunyai tugas pokok mengelola inventory atau persediaan seat agar perusahaan penerbangan mendapatkan pendapatan atau revenue yang optimal.
Industry jasa angkutan penerbangan merupakan suatu usaha atau bisnis yang melibatkan teknologi tinggi, jangkauan produk yang luas, biaya inventasi yang sangat tinggi, dan produk dengan sifat mudah rusak dan tidak dapat disimpan lagi apalagi pesawat telah berangkat.
Oleh karena itu, peranan reservasi menjadi sangat pentingsebagai salah satu bagian dari saluran distribusi, apalagi dengan ditemukannya teknologi computer dan berbagai saluran distribusi semacam supermarket atau lebih dikenal dengan istilah CRSs atau Mega CRSs/GDS (Global Distribution System) yang mempunyai jangkauan dan kekuatan pasar potensial yang sangat luas.
Uraian tentang saluran distribusi produk perusahaan penerbangan tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut ini.

The Airline













Sales offices
 

Online 
travel 
Agent
 

GSA
 

Interline
 

GDS
 

WEB Portal
 


                                                                                                                                                                                                                                                         
















 



The End Customer/Passenger

   D.      Strategi Distribusi
Mengingat salah satu sifat produknya yang perishable, untuk menghindari terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan hasil produk karena tidak terjual pada saat keberangkatan pesawat, diperlukan suatu pengelolaan yang kompleks terhadap inventory dan distribusinya.
Salah satu upaya pengelolaan itu memanfaatkan hadirnya kemudahan teknologi dan deregulasi yang mendukung tumbuhnya industry penerbangan khususnya dalam distribusi produk melalui Online Reservation System (CRSs) maupun Global Distribution System (GDS) sebagai Automated Travel Agent System yang dikenal dengan B2T (Business To Travel) maupun B2C (Business To Customer) misalkan melalui WEB Portal.
System ini akan memudahkan perusahaan pendatang baru untuk masuk dan menguasai jalur distribusi yang semula mungkin dikuasai oleh perusahaan penerbangan tertentu melalui system CRS mereka yang disambungkan ke seluruh kantor cabang dan travel agent-nya secara Online.
Permasalahan pokok bagi perusahaan penerbangan, khususnya dalam mengelola persediaan tempat duduknya (seat inventory) dan distribusinya, adalah terkait dengan kebutuhan mengelola penjualannya hingga pesawat berangkat dengan tingkat isian (load factor) yang tinggi dengan bauran kelas harga yang diinginkan sehingga tercapai perolehan revenue secara optimal.
Pada umumnya masa penjualan atau pemesanan tempat secara online sudah dapat dimulai untuk keberangkatan pesawat sebelas bulan yang akan datang hingga keberangkatan pesawat. (life booking inventory flight). Dengan demikian, kegiatan pengelolaan inventory seat dari suatu schedule pesawat telah dimulai dari sebelas bulan sebelum schedule yang dijadwalkan. Pada tahapan ini produk suatu perusahaan penerbangan telah mulai dipasarkan ke seluruh jaringan distribusinya melalui system reservation sehingga mulai saat itu produk telah dianggap ada dan penjualan tempat (seat) melalui system reservation telah dapat dilakukan.
Biasanya, kegiatan pemesanan tempat yang telah dimulai dari jauh-jauh hari sebelum pesawat berangkat adalah untuk pemesanan dalam bentuk group dengan jumlah pemesanan yang relative besar atau penumpang yang mengharapkan dapat membeli tiket dengan harga relative murah.
Pemesanan dalam bentuk group dilakukan oleh para wholesaler dalam upaya mendapatkan kepastian atas tempat yang diminta agar mereka dapat membuat suatu perencanaan pembuatan paket-paket wisata.
Dengan adanya kepastian tempat (conformed booking), para wholesaler mulai dapat mempersiapkan kegiatan pemasaran produknya dengan menggabungkan produk suatu perusahaan penerbangan dengan produk lainnya misalnya hotel, restaurant, dan program-program wisata lainnya sebagai suatu package tour.
Jumlah pembukan group, jika tidak dikendalikan dapat mengakibatkan terjadinya penolakan terhadap permintaan penumpang individu maupun bisnis yang memesan tempat/booking pada saat belakangan atau mendekati hari keberangkatan di mana sebenarnya mereka mau membayar dengan harga yang tinggi karena termasuk klasifikasi pasar yang sensitive terhadap waktu dan kurang sensitive terhadap harga. Sementara itu, pesawat telah penuh dengan harga murah.
Penolakan ini dapat mengakibatkan calon penumpang tersebut berpindah ke penerbangan lainnya atau bahkan tidak terbang sama sekali. Di sisi lain, berarti perusahaan kehilangan peluang untuk dapat meraih revenue yang optimal karena seluruh tempat/seat telah habis dipesan oleh penumpang bisnis (business traveler) yang mau membeli mahal, tetapi memesan tempat belakangan pada saat-saat menjelang kebernagkatan pesawat.
Jika seat telah habis dipesan (penuh) jauh-jauh hari sebelum jadwal keberangkatannya, resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan akan semakin besar karena adanya kemungkinan pembatalan pada menjelang hari-hari keberangkatan. Apabila terjadi pembatalan pemesanan dalam jumlah besar menjelang saat-saat keberangkatan, perusahaan tidak memiliki waktu lagi untuk menjual kembali seat yang telah dibatalkan sehingga timbul kerugian karena terjadinya seat yang masih kosong pada saat keberangkatan pesawat. Kerugian yang terjadi tidak hanya berkurangnya revenue, tetapi kemungkinan terjadinya komplin dari penumpang karena sulitnya mendapat seat pada saat memesan tempat (reservation) tetapi pada kenyataannya masih terdapat seat kosong pada saat berangkat sehingga muncul citra yang kurang baik seperti sulitnya mendapat konfirmasi seat pada saat pemesanan tempat sehingga menurunkan tingkat kepercayaan dari konsumen khususnya segmen pasar penumpang bisnis (business traveler) yang tidak memperoleh tempat pada penerbangan yang mereka kehendaki, dan pesawat harus terbang dengan masih terdapatnya seat yang kosong atau tidak sepenuhnya terisi.
Inilah salah satu kompleksitas permasalahan dalam penanganan reservasi (inventory control) yang dialami oleh perusahaan penerbangan.
Sebaliknya pada musim ramai (peak season) misalnya saat liburan sekolah, long week end, lebaran Idul Fitri, natal, dan tahun baru atau adanya suatu event di kota tertentu sehingga terjadi lonjakan permintaan pemesanan tempat yang sangat tinggi dan penumpang menghendaki mendapat kepastian untuk dapat terbang pada saat yang bersamaan. Untuk itu, perlu diantisipasi sehingga seat tidak terjual habis dengan harga yang murah yang mengakibatkan perusahaan kehilangan peluang untuk mendapatkan revenue yang lebih baik (optimal), sementara lonjakan permintaan penumpang sangat tinggi.
Pengalaman-pengalaman tersebut lalu mendorong perusahaan penerbangan untuk mengadakan pembatasan jumlah seat (booking limit pada seat inventory) yang dialokasikan kepada penumpang dengan harga tiket murah dengan menerapkan sub class concept.
Agar peningkatan penjualan efektif, alokasi pada tiap-tiap tingkatan kelas harga harus dikelola dan dikendalikan melalui reservation system dengan membagi suatu kompartemen kelas menjadi sub-sub bagian dengan tingkat harga yang berbeda atau dikenal dengan istilah sub class concept sebagai basic system untuk revenue management.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut.
-      Pada rute penerbangan dari Jakarta ke Surabaya, kapasitas pesawat untuk kelas ekonomii sebanyak 102 seat.
Harga jual tiket untuk kelas tersebut adalah Rp. 489.000 dan pada saat pesawat berangkat jumlah penumpang yang diangkut sebanyak 78 penumpang maka revenue pada penerbangan tersebut adalah Rp. 489.000 x 78 = Rp. 38.142.000

Rute Penerbangan
JKT SUB
Kapasitas Pesawat
102 YCL
Harga Tiket
Rp. 489.000
Penumpang
78
Revenue
Rp. 489.000 x 78 = Rp. 38.142.000

-          Dari 78 penumpang yang diangkut tersebut, sebenarnya ada penumpang yang memiliki kemampuan untuk membayar tiket dengan harga di atas Rp. 489.000 (lebih mahal), tetapi karena hanya tersedia satu tipe kelas harga jual, maka penumpang tersebut membayar dengan harga yang lebih murah yaitu Rp. 489.000 sesuai dengan harga yang di tawarkan.
-          Sementara itu, sebenarnya masih terdapat penumpang yng menginginkan untuk terbang dengan pesawat tersebut, tetapi karena mereka tidak memiliki daya beli atau tidak mampu membeli dengan harga tersebut, mereka membatalkan penerbangannya atau berpindah ke penerbangan yang lain yang memiliki harga yang lebih murah. Dengan demikian, perusahaan penerbangan kehilangan peluang mendapatkan revenue tambahan, sementara di dalam pesawat masih tersedia 26 seat kosong.
-          Maka, dibuatlah dua sub kelas harga yang berbeda pada kelas ekonomi tersebut sehingga harganya menjadi Rp.489.000 dan Rp. 449.000
Dengan struktur tingkatan harga tersebut, pesawat dapat terisis 99 penumpang dengan tambahan penumpang sebanyak 21 dengan harag jual Rp. 449.000 per penumpang, revenue yang didapat adalah; (489.000 x 78) + (449.000 x 21) = Rp. 47.571.000

Rute Penerbangan
JKT – SUB
Kapsitas Pesawat
102 YCL
Harga tiket
Penumpang
Revenue
Rp. 489.000
78
489.000 x 78 = Rp. 38.142.000
Rp. 449.000
21
449.000 x 21 = Rp.   9.429.000
Total
99
                           Rp. 47.571.000

-          Jika ditambahkan satu tingkatan kelas harga lagi, yaitu Rp. 539.000 dan ternyata pesawat dapat mengangkut penumpang dengan susunan kelas harga harga Rp. 539.000 terjual 20 seat, harga Rp. 489.000 sebanyak 53 seat, dan sisanya 25 seat dengan harga Rp. 449.000. jadi pesawat terisi 98 penumpang. Dari sisi jumlah penumpang terjadi penurunan sebanyak 1 penumpang tetapi revenue yang didapat menjadi; (539.000 x 20) + (489.000 x 53) + (449.000 x 25) = Rp. 47.922.000
Dengan jumlah penumpang yang diangkut 98 (terjadi penurunan 1 penumpang), terjadi peningkatan revenue sebesar Rp.351.000

Rute Penerbangan
JKT-SUB
Kapasitas Pesawat
102 YCL
Harga Tiket
Penumpang
Revenue
Rp. 539.000
20
539.000 x 20 = Rp. 10.780.000
Rp. 489.000
53
489.000 x 53 = Rp. 25.917.000
Rp. 449.000
25
449.000 x 25 = Rp. 11.225.000
Total
98
Rp. 47.922.000

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal yang terkait dengan distribusi, yaitu sebagai berikut.
     1. Distribusi produk adalah berbagai kegiatan yang dilakukan agar produk dapat tersedia di pasar sehingga dapat menghindarkan terjadinya kesulitan bagi konsumen dalam mencari produk tersebut.
      2.   Distribusi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari variable-variable dan kegiatan pemasaran lainnya.
     3.  Kegiatan pemasaran bertujuan menciptakan permintaan (create demand) dan distribusii berperan dalam mengamankan permintaan dengan menjamin bahwa produk tersedia untuk dapat dibeli oleh konsumen.
     4.  Dalam service manajemen, distribusi meliputi keseluruhan aspek saluran yang menghubungkan antara perusahaan penerbangan sebagai produsen dengan konsumen akhir.
     5.  Perusahaan penerbangan secara konvensional dalam mendistribusikan produknya sangat tergantung kepada travel agent/whole seller yang seolah-olah bertindak sebagai penyedia produk.
     6. Kecenderungan di masa mendatang adalah peranan Multi Supplier System (GDS) di samping Airline CRSs, dan berbagai alternative online system yang ditujukan kepada penumpang secara langsung, misalnya B2C system dengan berbagai kemudahan melalui Electronic channel (situs-situs WEB) untuk mengimbangi dominasi dan perkembangan GDS untuk dapat menekan biaya transaksi dan kondisi agen penjualan.
Dalam menentukan strategi distribusinya, penerbangan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
     1.       Peranan travel agent yang telah memberikan kontribusi penjualan yang sangat besar, khususnya pada pasar-pasar yang akan berdampak pada biaya yang lebih mahal apabila dilakukan dengan menggunakan cara lain atau saluran distribusi lainnya.
      2.       Perusahaan penerbangan harus menaruh perhatian yang sangat besar terhadap aspek controll atau pengendalian distribusinya.
      3.       Besarnya tingkat biaya komisi dan biaya-biaya lainnya misalnya insentif yang harus dibayarkan kepada travel agent.
    4.       Sebagai salah satu bagian dari manajemen pemasaran, perusahaan penerbangan perlu mempertimbangkan pendekatan dari strategi distribusi berkaitan dengan pertimbangan terhadap fungus control terhadap saluran perantaranya serta nilai uang (value of money), misalkan sebagai berikut.
a.       Bagaimana agar tidak terjadi kemungkinan block seat dengan adanya pembukuan fiktif (fiktif booking) yang dilakukan oleh agent.
b.      Jangan sampai uang hasil penjualan tertahan terlalu lama di agen karena tidak segera disetorkannya uang hasil penjualan.
c.       Berapa besar jumlah komisi dan berbagai insentif yang harus dibayarkan kepada travel agent.
d.      Biaya distribusi melalui GDS khususnya jika terjadi kasus fiktif (abuse booking) di mana penerbangan harus menanggung terlebih dahulu atas biaya transaksi tersebut.
Maka, perusahaan penerbangan mengembangkan berbagai alternative distribusi B2C (Business to Consumer) untuk memfasilitasi proses booking maupun payment (reservation and ticketing) secara online yang terintegrasi dengan pihak bank, baik untuk pembayaran melalui debet maupun credit cards untuk menghindarkan terjadinya block seat dan jaminan kelancaran terhadap cash flow perusahaan.

-          Selamat Belajar  -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar